23 Dis 2009
Percakapan akal dan hati
Saya bingung sehingga membuat saya termenung, terduduk pada sebuah bangku dalam waktu yang cukup lama, hanya diam..diam...diam hingga saya tertidur. Kebingungan ini menyerang benak akal saya.
Saya mulai perjalanan pikiran saya dari kata bahagia.
Hati : " apakah kamu bahagia? "
Akal : “ iya saya bahagia. “
Hati : “ cuba kamu gambarkan kebahagiaan kamu?”
Akal : “ yah karena saat ini ada orang yang saya cintai dan mencintai saya tanpa henti. Ia selalu berada disisi saya. Perempuan mana yang tidak bahagia. Hidupnya terasa lengkap."
Hati : “ Wah menyenangkan yah jadi kita, ada yang mencintai tanpa henti. Pasti orang itu telah membuat kita merasa sangat nyaman dengan hidup ini. Akal, memang kamu tidak menginginkan kebahagiaan lain?”
Akal : “ Saya rasa cukup.”
Hati : “ Kalau dia sudah tidak mencintai kita lagi apakah kita akan tetap bahagia seperti saat ini?”
Terdiam. Kembali saya termenung. Saya menghentikan aliran percakapan pikiran saya. Akal saya memaksa untuk terdiam. Setelah ia terdiam beberapa saat, ia kembali mengelitik perjalanan pikiran saya.
Akal : “Sepertinya tidak.”
Hati : “ Jadi tanpa dia kita tidak akan bahagia dong. Sedangkan kita berdua tahu suatu hari orang yang kita cintai akan pergi.”
Akal : “Iya, dia bisa pergi kapan saja, entah karena panggilan Tuhan, entah karena panggilan perempuan lain, entah karena panggilan ego, entah karena panggilan pekerjaan, entah karena panggilan kebebasannya. “
Hati : “ Betul Akal, terus bagaimana nasib kita?”
Akal : “ Mungkin kita akan seperti mayat hidup, berjalan, bernafas tapi tanpa nyawa.”
Hati : “Menyedihkan sekali. Memang kebahagiaan itu tidak bisa digantikan dengan kebahagiaan lain?”
Akal : “ Maksudmu dengan lelaki lain yang seperti dia mencintai kita dengan sungguh-sungguh?”
Hati : “ Entahlah.”
Saya telaah perjalaan pikiran dan hati saya. Jadi seperti apa kebahagiaan yang saya cari. Mungkin dengan cara memberi kebahagiaan kepada orang lain saya akan bahagia. Orang-orang yang telah saya bahagiakan akan mendoakan saya, lalu saya akan puas hati. Mungkin kah?
Akal : “ Hati, bukannya selama ini kita selalu memikirkan perasaan orang lain?”
Hati : “ Betul, kadang saya ingin berontak. Tapi kamu akal selalu memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan kebajikan kepada orang lain. Sehingga kembali saya meredam ego dan gejolak emosi saya."
Akal : “ Sungguh pahit ya Hati? Tapi bagaimana lagi, saya harus mampu menerjemahkan setiap nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku pada kehidupan ini, hingga kita tidak dianggap lain. Sehingga kita tidak dicemoohkan. Sehingga orang tua kita bangga terhadap kita."
Hati : “ Saya setuju. Tapi kasihan sama diri sendiri lama-lama. Bahkan kita tidak tahu kebahagiaan kita sebenarnya apa. Keinginan kita yang mendalam. Pengharapan yang mampu membuat kita senantiasa tersenyum."
Saya terhenyak dengan pikiran saya sendiri. Selama ini saya memang tidak tahu kebahagiaan apa yang saya cari selama ini. Selalu saya gantungkan kebahagiaan saya atas orang lain. Atas orang tua saya, atas teman dan sahabat saya, atas pacar-pacar saya. Tapi……..saya tidak tahu kebahagiaan saya sendiri.
Saya terdiam…diam…sampai saya tertidur dalam sesak memikirkan kebahagiaan saya.
Saat ini saya bahagia, kelengkapan kebahagiaan itu terutama dengan kehadiran dia. Haruskah saya melepas kebahagiaan itu demi kebahagiaan orang lain. Demi kebanggaan orang lain. Demi sebuah norma.
Haruskah saya memaksa untuk menikah dengan siapa saja asal, orang tidak mencemoohkan saya yang belum menikah.
Kebahagiaan seperti apa yang harus saya cari??????
Berita Terkini
-
Pengedar dadah warga Thailand bersenjatakan api senjata - LANGKAWI - Polis merampas sepucuk pistol jenis Browning dan lima butir peluru daripada seorang warganegara Thailand yang disyaki pengedar dadah dalam serbu...7 tahun yang lalu
-
ASEAN bentuk pasaran bersepadu mulai tahun depan - MILAN 17 Okt. - Datuk Seri Najib Tun Razak berkata, mulai tahun depan, rantau Asia Tenggara akan membentuk satu pasaran bersepadu dikenali sebagai Komuniti...11 tahun yang lalu
-
-
-













0 Responses to “Percakapan akal dan hati”
Catat Ulasan